Cetak Buku Tabungan di Teller atau CS?

Sejak menggunakan mobile banking, saya jarang sekali pergi ke bank. Untuk urusan keuangan, semua bisa dilakukan lewat HP di rumah. Walaupun urusan mengambil uang kadang tetap harus ke ATM.

Meski begitu, ada satu buku tabungan yang harus saya cetak setiap enam bulan sekali untuk laporan. Hari ini, mumpung saya masih libur dan sudah masuk akhir bulan, saya memutuskan untuk pergi ke bank. Semoga tidak antri lama.

Kemarin teman saya memberitahu bahwa ia tidak bisa mengambil uang di ATM. Oleh karenanya, ia menyarankan untuk mengambil uang lewat teller saja. Saya sudah mencek lewat mobile banking, uang masuk terakhir bulan Juni.

Saya pun mempersiapkan buku tabungan dan KTP. Tidak lupa berangkat agak pagi supaya tidak lama mengantri.

Sesuai prosedur covid-19, saya berangkat menggunakan masker. Sesampainya di bank, cuci tangan dengan sabun pada tempat yang disediakan. Satpam pun melakukan pemeriksaan suhu.

Saat ditanya satpam, saya menjawab ingin mengambil uang. Saya pun mengambil antrian ke teller dan menuju bangku kosong. Setelah saya perhatikan lagi, ada orang yang mengisi slip. Saat mendekat, saya sadar harus mengisi slip penarikan. Mau tidak mau, saya pun mengambil slip penarikan dan mulai mengisinya di tempat duduk. Saya bawa pulpen sendiri.

Sebenarnya saya tidak suka pekerjaan mengisi slip ini. Biasanya di bank BNI saya tidak pernah mengisi slip dan langsung ke teller saja. Tapi di Bank Kalsel tentu saja berbeda.

Sambil menunggu, saya memperhatikan teller. Ada seorang bapak yang sedang melakukan penarikan uang. Kata teller, ada biaya administrasi sebesar Rp 5.000,-. Uang yang bapak itu tarik sebesar Rp 5.000.000,-. Teller menawarkan apakah Bapak tersebut ingin membayar atau uangnya dipotong dari uang yang ditarik.

Saya tidak tahu mengapa ada biaya administrasi hanya untuk mengambil uang sendiri. Tapi saya ingat di BRI juga pernah begitu. Untuk penarikan di teller kurang dari Rp 5.000.000,- ada biaya administrasi. Oleh karenanya lebih baik mengambil di ATM saja.

Lima ribu rupiah mungkin terlihat sedikit, tapi jika dikumpulkan jadi banyak. Untuk biaya transfer antar bank saja, saya biasa pake Flip supaya gratis. Masa mau ngambil uang sendiri pun ada biaya administrasi.


Saya pun keluar dan menuju mesin ATM. Saya melakukan penarikan uang dan berhasil. Tapi saya sisakan tiga ratus ribu jika terpaksa harus mengambil di teller.

Saat masuk kembali, saya mengambil nomor antrian lagi untuk ke CS. Kini saya memegang dua nomor antrian. Satu ke teller dan satu ke CS. Yang mana dipanggil lebih dulu, itulah yang saya tuju.


Nomor antrian ke CS hanya terpaut dua nomor saja. Namun antriannya cukup lama. Akhirnya nomor antrian ke teller yang dipanggil lebih dulu.

Dalam hati saya tidak mau menarik uang di teller jika harus bayar Rp 5.000,-. Lagi pula saya sudah mengambil uang di ATM, selain itu tujuan utama saya ke bank hari ini adalah untuk mencetak buku tabungan.

Begitu sampai di depan teller, saya langsung bertanya. Apakah boleh mencetak buku tabungan saja?

Ternyata boleh saja.

Teller menanyakan apakah saya ingin mencetak buku tabungan untuk bulan ini saja. Saya teringat uang masuk di bulan Juni. Saya pun meminta agar buku tabungan dicetak dari bulan Juni.

Tidak berapa lama proses selesai dan saya pun mengucapkan terima kasih kepada teller. Saya pun tak perlu keluar biaya Rp 5.000,-

Nomor antrian CS dan slip penarikan yang telah saya isi pun jadi tidak terpakai. Saya lalu membuangnya ke tempat sampah. Sepertinya enam bulan lagi saya baru akan kembali ke tempat ini.
Baca Juga

Post a Comment

4 Comments

  1. ngambil uang sendiri aja pake bayar segala, apalagi uang orang. kalau aku cetak buku tabungan entahh berapa tahun sekali. hhh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo ngga diminta, saya juga malas nyetak, hehe

      Delete
  2. Iya, Kak. Saya juga jarang ke bank. Saya sekarang lebih suka download laporan transaksi bulanan di aplikasi saja. Jadi nggak pakai ngeprint buku tabungan lagi. Soal narik uang, bener juga, saya juga lebih suka ke ATM. Nggak pakai antre karena bisa kapan saja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekarang sudah serba online. Kalau ada pilihan lain, nasabah tentu pilih yang lebih mudah.

      Delete

Silakan tingggalkan tanggapan dan pendapatmu pada kolom komentar