Cara Efektif Mengakhiri Panggilan Telemarketing

Sore hari, saya mendapat telpon dari nonor tidak dikenal. Saya pun mengangkat telepon dengan tak lupa mengucapkan salam.

"Ini benar dengan ibu Khairunnisa?" Suara yang terdengar seperti Customer Service.

"Ya, saya sendiri. Ini dari mana ya?" Saya balik bertanya.

"Kami dari, bla bla bla." Saya ngga jelas dengarnya.

"Maaf, dapat nomor telpon saya dari mana ya?" Sebelum mbanya menjelaskan lebih jauh, saya kembali bertanya.

"Nomor ibu berasal dari data pusat sebagai nasabah bla bla bla" Lagi-lagi saya ngga ngeh dia menyebut nama apa. Yang jelas bukan nama salah satu bank tempat saya menabung.

"Tapi saya bukan nasabah" kata saya lagi.

"Data nya berasal dari data kredit Visa dan Mastercard" Dia kembali menjelaskan.

"Maaf, saya tidak punya kartu kredit" kata saya.

"Baik, bu. Kami cuma verifikasi. Terimakasih." Kemudian telepon ditutup.


Dari percakapan singkat tersebut, CS tersebut bahkan tidak sempat menjelaskan maksudnya menelpon saya. Tapi saya juga tidak mendapatkan penjelasan sebenarnya, dari mana nomor telepon saya diperoleh.

Berdasarkan pengalaman yang telah lalu, panggilan telepon sejenis biasanya berisi penawaran produk atau telemarketing sejenis asuransi maupun kartu kredit. Walaupun saya tidak tertarik, tapi masih harus memberikan alasan untuk menolak. Apalagi, alasan sudah punya BPJS, bisa ditampik dengan kata-kata sebagai penunjang.

Belum lagi waktu yang dihabiskan untuk mendengarkan penjelasan promo. Kan kasihan juga kalo dia ngomong capek-capek terus dikasarin.

Saya pernah membaca artikel atau menonton video yang menganjurkan untuk bertanya balik perihal asal nomor HP kita. Cara tersebut sangat efektif untuk mengakhiri pembicaraan. Maka saya pun mencoba mempraktekkannya.

Benar saja, pembicaraan telpon kali ini berakhir dengan cepat. Penelpon bahkan belum sempat mengutarakan maksudnya. Apa mungkin karena merasa tak bisa menjawab pertanyaan terkait asal nomor HP.

Jujur, saat menunggu jawabannya, saya sempat menduga-duga. Apa jangan-jangan ada yang menjual data. Tapi ujung-ujungnya dari data kartu kredit yang jelas-jelas saya tidak punya.

Sebenarnya memang banyak cara untuk mendapatkan nomor HP saya. Toh memang pernah saya sebarkan di blog, atau pun digunakan untuk pengisian data saat registrasi online maupun offline.

Namun etikanya, tentu saja orang yang menelpon saya harus bisa memberikan jawaban yang masuk akal, dari mana ia mendapat nomor telpon saya. Apalagi jika yang menelpon mengaku dari sebuah perusahaan atau organisasi.

Apakah Anda juga pernah mendapat telepon serupa?

Baca Juga

Post a Comment

6 Comments

  1. Cara menanyakan dari mana dia mendapatkan nomor kita itu pernah saya praktekkan alhasil dia tak bisa menjawab dan ujung-ujungnya dia hanya menawar kartu kredit. Kalau menurut saya, para telemarketing mendapatkan nomor kita hanya kebetulan saja karena dia memencet nomornya secara acak sama seperti penipu yang berkedok undian berhadiah kalau beruntung bisa dapat klien atau korban

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang bisa jadi kebetulan saja. Hanya mendapat telpon yang tidak diinginkan kadang seperti mendapat email spam.

      Apalagi kalo telpon penipuan, jika tahu sebaiknya jangan diladeni. Takutnya malah terhipnotis dan kehilangan uang.

      Delete
  2. Saya pernah dapat panggilan telepon tapi bukan menawarkan kartu kredit tapi mengatakan saya dapat hadiah dari shopee. Saya bilang belum pernah ikut undian di shopee, saya cuma belanja saja. Dia bilang itu hadiah sebagai member shopee dan dapat hadiah 3 juta rupiah. Sebuah hadiah yang masuk akal dari pada mobil atau uang ratusan juta.

    Dia ngga minta transfer duit sih, cuma disuruh mengisi shopeepay sebesar 500 ribu dan harus diisi hari itu juga. Saya bilang ngga punya duit sebanyak itu. Karena kesal aku tutup saja teleponnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Telepon yang mengatakan bahwa kita mendapat hadiah padahal tidak pernah ikut cenderung berisi penipuan. Daripada pusing ngeladenin, mending langsung ditutup aja ya 😂😂😂

      Delete
  3. Saya juga menerapkan hal yang sama beberapa kali, dan memang ampuh, disertai sedikit ancaman akan melaporkan perusahaannya (bisa bank atau asuransi) kepada OJK.

    Tapi seringkali juga saya malas menjawab telepon dari nomor tidak dikenal, apalagi yang nomor kantor. Kalaupun saya jawab, dan ternyata itu telemarketer, saya akan tolak tegas dan langsung tutup setelah bilang, "sekarang belum perlu, terima kasih ya"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Rupanya banyak juga yang menerapkan cara ini, entah siapa yang pertama mempopulerkannya.

      Kalo kebanyakan memang malas juga ngeladeninya. Langsung tolak dengan tegas aja ya 😄

      Delete

Silakan tingggalkan tanggapan dan pendapatmu pada kolom komentar