Beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah artikel berjudul "Satu Kata Kunci Promosi Blog Dengan Blogwalking : AGRESIF" di blog Maniak Menulis. Artikel tersebut ditulis dengan sangat panjang sampai saya bosan membacanya. Herannya, saya pun tetap selesai membacanya.
Dari artikel panjang tersebut, yang menarik perhatian saya adalah sebuah kata baru, "Canvassing". Bukan karena saya tertarik untuk mempraktekkannya, tapi karena kosa kata ini mengingatkan saya pada Canvas lukisan. Jauh dari pengertian "canvanssing" dalam artikel tersebut. Tidak lupa saya menyebutkannya di kolom komentar.
Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa metode pemasaran "canvassing" bisa dicontohkan seperti salesman yang menawarkan barang dari rumah ke rumah. Maka blogwalking yang mendatangi blog lain satu per satu juga bisa disebut "canvassing"
Saya tidak mencari lebih lanjut asal kata "Canvassing" tersebut. Tidak pula saya menelaah lebih jauh apakah memang memiliki akar kata yang sama dengan canvas lukisan. Sekedar tahu saja, berkesan dan menarik perhatian sesaat.
Akhir-akhir ini saya kembali membaca novel online setelah menonton drama China. Hanya saja novel yang saya baca ini bukan buku yang dipinjam dari iPusnas, tapi novel terjemahan dari web novel China.
Untuk urusan novel terjemahan ini, saya lebih suka membaca terjemahan dalam Bahasa Inggris daripada Bahasa Indonesia. Bukan karena saya merasa Bahasa Inggris saya sangat bagus, sebaliknya, karena saya lebih bisa menginterpretasikan maksudnya saat membaca dalam Bahasa Inggris.
Membaca novel berbeda dengan membaca materi pelajaran. Saya tidak perlu menerjemahkan setiap kata yang saya temukan. Saya hanya perlu memahami secara garis besar maksud paragraf yang saya baca. Apalagi grammar, tidak perlu dipedulikan sama sekali.
Sebagai seseorang yang bukan native dalam Bahasa Inggris, saya biasanya tidak akan sadar akan adanya kesalahan atau kejanggalan grammar pada tulisan yang saya baca. Karena tidak sadar, saya pun tetap merasa nyaman membacanya sambil menikmatinya menurut apa yang saya pahami.
Berbeda dengan Bahasa Indonesia, ketika saya membaca novel terjemahan online dalam Bahasa Indonesia, saya akan merasakan banyaknya kejanggalan. Akibatnya kenikmatan membacapun menjadi berkurang. Oleh karenanya saya lebih suka membaca novel karya anak bangsa yang memang asli Bahasa Indonesia atau terjemahan penerbit yang sudah dicetak.
Oleh karena itu, untuk novel terjemahan online, saya lebih memilih Bahasa Inggris dari pada Bahasa Indonesia. Setidaknya saya tidak akan memperhatikan kejanggalan grammar karena dangkalnya ilmu. Justru saya menikmati cerita sesuai pemahaman saya.
Setelah terbiasa membaca novel terjemahan dalam Bahasa Inggris, adik saya malah mengenalkan saya pada novel MTL. Novel MTL adalah novel terjemahan yang bukan diterjemahkan oleh manusia, melainkan diterjemahkan oleh mesin penerjemah. Dengan kata lain, grammarnya berantakan. Bahkan saya yang miskin ilmu pun merasakannya.
Herannya, saya malah tergoda dan ikut membaca novel MTL. Hal ini terjadi karena ada novel terjemahan yang saya baca, namun belum selesai diterjemahkan. Sedangkan novel aslinya dalam Bahasa China sudah tamat. Karena penasaran, saya pun berpindah ke situs MTL untuk melanjutkan novel yang saya baca tersebut.
Saat membaca novel MTL, tingkat ignoring saya naik. Banyak kosakata janggal yang saya tidak peduli artinya. Posisi subjek dan objek yang sering tertukar. Penempatan kosa kata yang tidak sesuai. Namun saya tetap bisa mengikuti jalan cerita dan menikmatinya.
Novel terbaru yang saya baca berkisah tentang seorang aktris yang beritanya sering muncul di internet. Saya lupa nama tokohnya karena saya memang tidak pernah menghapal nama tokoh dalam novel yang saya baca. Nama China benar-benar sulit diingat dan saya tidak berencana untuk mengingatnya.
Pada salah satu adegan diceritakan bahwa ada sebuah isu yang mencuat di internet. Para fan aktris tersebut pun mulai melakukan canvassing di dunia maya.
That's it. Canvassing.
Biasanya saya tidak akan mempedulikan kosa kata yang tidak saya pahami saat membaca novel dalam Bahasa Inggris. Jangan berharap saya membuka kamus. I simply don't care.
Sebelumnya Canvassing adalah kosa kata yang tidak masuk akal bagi saya untuk dimasukkan dalam kalimat tersebut. Apa hubungannya canvas lukisan dalam kasus ini. Maka saya pun tidak akan mempedulikan kalimat tersebut.
Hanya saja, saya telah membaca definisi Canvassing dalam artikel di Maniak Menulis. Secara tidak langsung saya pun memahami maksud dari penyataan tersebut berdasarkan definisi yang pernah saya baca. Dan ini seakan menjadi pencerahan bagi saya.
Saat membaca kalimat ini dalam novel, saya benar-benar teringat artikel tersebut. Penemuan ini memberikan rasa kepuasan di hati saya, bahwa saya benar-benar telah belajar hal baru dan menggunakannya.
Saat kita belajar dan bisa memahaminya, tentu kita merasa puas. Dan akan lebih puas lagi saat kita bisa menggunakannya.
Sebuah kosa kata dalam artikel yang sempat menarik perhatian saya selama sesaat, menjadi begitu berkesan begitu saya menemukannya di tempat lain. Saking berkesannya, saya bahkan menulis sebuah artikel baru untuk kosa kata ini. Canvassing.
2 Comments
Terima kasih Nisa sudah membaca sampai akhir.. wakakakakaka....
ReplyDeleteSenang mendengarnya...:-D
Sama-sama, Pak. Saya pun jadi belajar satu kosa kata baru dari artikel panjang tersebut.
DeleteSilakan tingggalkan tanggapan dan pendapatmu pada kolom komentar