Kekayaan Bahasa dan Salah Paham

"Kowe ra iso mlayu saka kesalahan, ajining diri ana ing lathi"

Apakah Anda mengenali tulisan di atas? Pahamkah Anda artinya?

Jika mendengar lirik diatas dilantunkan dengan nada sinden, diiringi dengan musik gamelan, dengan pelantunnya mengenakan make up menyeramkan, maka serta merta ada yang menyatakan, ini adalah lagu pemanggil setan.

Ya, lirik diatas adalah lirik berbahasa Jawa dari lagu Lathi yang sempat viral. Alih-alih sebagai pemanggil setan, kalimat tersebut justru berisi nasehat untuk menjaga lisan kita. Sungguh kesalahpahaman yang luar biasa.

Saat berbicara mengenai Indonesia, kita sangat kaya akan budaya bahasa. Apalagi jika berbicara mengenai dunia, tentu lebih banyak lagi keanekaragaman bahasa. Maka tidak sepatutnya kita menghakimi bahasa yang tidak kita pahami dengan tuduhan yang tidak benar.

Saat menonton video reaction terhadap Lathi, saya menemukan adanya orang bule yang menganggap lirik tersebut adalah kalimat demonic. Namun berhubung orang Indonesia masih banyak yang berlapang dada, ada saja yang dengan sabar menjelaskannya di kolom komentar. Maklum, orang bule tak mengerti Bahasa Indonesia, apalagi Bahasa Nyawa.

Tapi sesungguhnya 'ainas sukhti tubdi al-masawiya. Ketika pernyataan tersebut dikatakan oleh kalangan yang memang dari awal sudah tidak akur dengan kita, maka membesarlah perkara ini. Komentar para netizen pun tak terkendali.

Tanggapan terhadap kesalahpahaman yang sama bisa berbeda, tergantung siapa yang mengucapkannya.

Saya jadi teringat salah satu cerita dalam buku Humor Ala Gus Dur.

Diceritakan waktu itu para jamaah haji baru tiba di tanah suci. Para kuli angkut di sana berebut menawarkan jasa untuk mengangkat barang. Dua orang kuli pun berdebat serius dalam Bahasa Arab. Para jemaah haji pun berkerumun sambil mangatakan, "amin,,, amin."

Gus Dur pun bertanya mengapa mereka berkerumun. Seorang jamaah mengatakan, "Mereka terlihat sangat fasih berdoa, apalagi pakai serban, mereka itu pasti kyai."

Cerita di atas adalah contoh lain dari kesalahpahaman. Tapi masih lebih baik dari kasus pertama. Setidaknya para jamaah haji masih berbaik sangka pada kedua kuli tersebut.

Beberapa waktu yang lalu grup musik Sabyan sempat mengalami hal yang memalukan. Mereka menyanyikan sebuah lagu percintaan pada acara syiar Ramadhan. Alasan utamanya, tentu karena mereka tidak paham bahasa lirik yang dibawakan. Akibatnya, mereka pun malah mendapat cibiran dari para netizen.

Dunia internet begitu luas. Ada banyak hal yang akan kita temui di sana. Baik hal yang bisa kita pahami, apalagi hal yang tidak kita mengerti.

Jika ingin terus mencari, tentu ada banyak sekali berbagai contoh kesalahpahaman akibat tidak mengerti suatu bahasa. Oleh karenanya, di saat kita belum mampu untuk memahami suatu bahasa, setidaknya janganlah kita mengambil sikap dan tindakan yang salah hanya karena alasan tidak tahu.

Janganlah melakukan suatu tindakan, apalagi kita tidak mengerti. Janganlah menjadi orang yang suka sembarangan menuduh orang lain, padahal kita tak paham apa-apa. Selain itu jangan juga kita jadi netizen yang sembarangan menghakimi orang lain karena ketidaktahuannya.

Menurut saya pribadi, para jamaah haji di atas adalah contoh kesalahpahaman yang paling baik. Meskipun mereka salah paham, sungguh, sangka baik adalah tindakan mulia, dibandingkan tuduhan jahat yang tidak berdasar.

Setiap tulisan dan ucapan kita akan dipertanggungjawabkan. Persis seperti lirik bahasa Jawa dalam lagu Lathi.

"Kowe ra iso mlayu saka kesalahan, ajining diri ana ing lathi"
Baca Juga

Post a Comment

2 Comments

  1. Sungguh luar biasa artikel ini. saya suka quote-nya, tidak bisa lari dari kesalahan. Tetapi kita hanya bisa melupakan kesalahan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Akan lebih baik lagi kita bisa belajar dari kesalahan.

      Delete

Silakan tingggalkan tanggapan dan pendapatmu pada kolom komentar