Minggu kemarin saya dan suami ziarah ke makam guru Sekumpul. Sambil jalan mau pulang, suami kembali mengungkapkan keinginannya untuk beli kopiah jangang. Kopiah jangang adalah peci khas daerah Kalimantan Selatan.
Sebelumnya ia sempat bertanya pada kakak ipar kalo harganya bisa mencapai 500 ribu. Meskipun saya agak heran kenapa kopiah yang warnanya cuma hitam atau coklat tersebut begitu mahal. Saya mencoba memaklumi mungkin karena proses pembuatannya yang murni menggunakan tangan sehingga harganya pun mahal.
Kami pun melewati berbagai pedagang cenderamata di sekitar kubah. Pada salah satu toko yang menjual peci, ternyata ada yang menjual kopiah jangang. Setelah memilah-milih akhirnya suami saya membeli kopiah jangang berbentuk bulat seharga 300ribu. Yah, yang penting dia senang.
Setelah beli kopiah jangang saya pun mulai penasaran lebih lanjut mengenai kopiah yang sewaktu kecil saya sebut sebagai kopiah buruk ini. Kok bisa harganya semahal itu dan cukup di sukai?
Pertama saya cari kopiah jangang di aplikasi Shopee. Harganya beragam, mulai dari puluhan ribu hingga jutaan. Jadi yang kami beli termasuk harga pertengahan. Selain itu, beli di toko langsung bisa dicoba dan dipakai.
Kenapa harganya bisa mahal?
Kopiah jangang dibuat dari akar jangang yang hanya ditemukan di hutan tertentu. Kemudian akarnya diolah selama beberapa hari dengan proses tertentu sebelum siap untuk dianyam. Kopiah jangang dianyam langsung dengan tangan oleh orang-orang yang memiliki keterampilan untuk membuat kopiah ini.
Tipe anyaman kopiah jangang berbeda-beda. Semakin rumit tipe anyamannya maka semakin lama proses pembuatannya yang bisa hampir sebulan. Oleh karenanya harganya pun beragam.
Kenapa kopiah jangang disukai?
Bagi saya yang suka dengan warna-warni cerah, menurut saya tampilan kopiah jangang kurang menarik. Dari jauh warnanya cuma hitam polos atau coklat. Tapi sebenarnya jika dilihat langsung keistimewaan kopiah jangang adalah motif yang timbul dari anyamannya. Biasanya saat memilih kopiah jangang pembeli memilih motifnya selain ukurannya.
Keistimewaan lain dari kopiah jangang adalah kopiah terbuat dari anyaman jangang dengan rongga yang besar. Cocok untuk dipakai saat cuaca panas hingga kepala tidak terasa gerah. Ini juga salah satu alasan kenapa suami saya ingin beli kopiah jangang.
Kopiah jangang juga merupakan kopiah khas dari Kalimantan Selatan. Oleh karenanya kadang bisa dijadikan sebagai oleh-oleh. Pengrajin kopiah jangan sendiri sekarang sudah semakin langka. Saat ini pembuatan kopiah jangang hanya ditemukan di desa Margasari kabupaten Tapin, Kalsel. Selain itu para penganyam rata-rata merupakan ibu-ibu. Sangat sulit menemukan pemuda yang mau melakukan kerajinan ini. Padahal kopiah jangang memang harus dibuat dengan anyaman tangan.
Penggunaan Kopiah Jangang
Pada salah satu artikel yang saya baca dikatakan bahwa dulunya kopiah jangang hanya digunakan oleh orang-orang tertentu. Mereka yang berhak menggunakannya adalah orang yang dihormati seperti orang alim, pejabat atau ahli kuntau.
Seiring berjalannya waktu kini kopiah jangang bisa digunakan oleh siapa saja. Bahkan kadang dijadikan sebagai oleh-oleh untuk orang lain.
Dari berbagai penelusuran yang saya temui, saya pun jadi lebih menghargai kopiah yang sepintas tampak sederhana ini.
Abah dan kopiah jangang
Sewaktu kecil saat saya melihat Abah menggunakan kopiah jangang saya sempat heran kok beliau suka pakai kopiah buruk ini. Tapi kakek saya juga punya kopiah jangang. Sekarang saya paham bahwa kopiah jangang ternyata kopiah yang cukup dihargai di Kalimantan Selatan.
Saat saya wisuda di Jakarta Abah dan mama menghadiri acara tersebut. Saya baru menyadari di foto wisuda bahwa Abah menggunakan baju sasirangan dan kopiah jangang. Dengan kata lain beliau menggunakan kain khas Kalsel sasirangan, lengkap dengan peci khasnya kopiah jangang.
Dalam acara resmi seperti wisuda, para orang tua mahasiswa tentu banyak juga yang menggunakan kain daerah seperti batik. Maka tidak salah bahwa Abah menggunakan kain khas Kalsel, sasirangan dan kopiah jangang. Secara tidak langsung beliau sedang mempromosikan kebudayaan Kalsel pada saat itu.
Lelucon Kopiah Jangang
Selain dipakai pada acara resmi, fungsi utama kopiah atau peci tentu saja biasanya dipakai oleh kaum pria untuk ibadah solat. Abah pernah berkata kepada kami.
Solat berjamaah tidak sah kalau imamnya kopiah jangang.
Saya sempat bingung dengan pernyataan tersebut. Apakah karena kopiahnya jelek? Itulah yang sempat terlintas di benak saya kala itu. Tapi setelah beliau jelaskan akhirnya saya mengerti dengan pernyataan tersebut. Ada yang mau menjelaskan?
0 Comments
Silakan tingggalkan tanggapan dan pendapatmu pada kolom komentar