Cara Memprint Nama Pada Sertifikat yang Sudah Jadi

Putri tersenyum sambil memandang sertifikat di tangannya. Ia baru saja selesai mengikuti sebuah seminar dan langsung memperoleh sertifikat. Hanya saja dalam sertifikat tersebut namanya masih kosong, belum ditulis. Biasanya memang demikian jika sertifikasi langsung dibagi.


Putri mengambil sebuah pulpen dan berencana menulis namanya sendiri di atas sertifikat tersebut. Setidaknya tulisannya cukup bagus dan pantas untuk diperlihatkan.

"Eh, kamu mau ngapain?" tanya Ratu yang juga baru saja mengambil sertifikat miliknya.

"Menulis namaku," jawab Putri ringan.

"Kenapa pake tulis tangan? Jelek tahu," kata Ratu. "Nanti jadi seperti sertifikat abal-abal."

"Terus bagaimana?" tanya Putri bingung.

"Ya diprint dong. Sini ikut aku. Aku juga mau ngeprint nama di sertifikatku."

Ratu lalu mengajak Putri pergi ke fotokopi Ast 48.

Suasana fotokopi sedang sepi. Sanah sedang menonton drama China di layar laptopnya. Ia berhenti ketika melihat sebuah sepeda motor parkir di halaman.

"Ka, mau print nama di sertifikat dong." kata Ratu. Sepertinya ia sudah terbiasa datang ke toko ini.

"Tulis namamu di sini." kata Sanah sambil menyodorkan selembar kertas bekas.

Ratu dan Putri pun menulis nama lengkap mereka di atas kertas. Ratu Zalecha dan Putri Junjung Buih.

Sanah pun menerima nama dan lembar sertifikat mereka.

Ia membuka program Microsoft Word dan menulis nama Ratu Zalecha di tengah lembaran kosong. Posisinya ia sesuaikan dengan posisi nama di lembar sertifikat. Supaya lebih akurat, mestinya kertasnya diukur terlebih dahulu untuk mengetahui posisi menulis nama. Tapi karena Sanah sudah terbiasa, ia hanya mengira-ngira saja.

Sanah menggunakan font Lucida Handwriting dengan ukuran 36. Semua ditulis dalam huruf kapital. Sebenarnya tidak ada aturan khusus terkait jenis dan ukuran font. Ia memilih apa yang bagus menurutnya. Toh kedua remaja tersebut tak akan protes.

Setelah selesai mengetik, Sanah memprint tulisan tersebut pada selembar kertas HVS bekas. Baru kemudian ia meletakkannya di atas sertifikat dan menerawang untuk membandingkan apakah posisi namanya sudah pas.

Karena posisinya sudah bagus, ia pun langsung memprint nama tersebut di atas lembar sertifikat pertama. Kemudian ia ganti nama Ratu dengan nama lengkap Putri dan memprint nya di lembar sertifikat kedua.

"Sudah jadi." kata Sanah sambil menyerahkan sertifikat.

"Berapa, Kak?" tanya Ratu.

"Totalnya dua ribu" jawab Sanah.

Putri menyerahkan uang dua ribu rupiah kepada Sanah yang langsung menerimanya.

"Terima kasih, Kak." kata Putri.

Ratu ingin menyerahkan uang seribu rupiah kepada Putri untuk biaya print sertifikat miliknya.

"Tidak usah." tolak Putri. "Cuma seribu doang."

Putri sumringah sambil memandang namanya yang kini tercetak cantik di lembar sertifikat.

Baca Juga

Post a Comment

8 Comments

  1. wah menarik sekali banyak sertifikat kosong yang belum saya beri nama
    mungkin saya harus mulai memberi nama nih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, beri nama gih. Apalagi kalo punya printer sendiri, ngga perlu pergi ke fotokopian. 😅

      Delete
  2. Oh begitu ya Bu guru caranya cetak nama di sertifikat yang tidak ada namanya. Saya pernah satu kali dapat sertifikat waktu ikut lomba tapi ngga ada namanya karena yang ikut ratusan. Kecuali yang juara satu dua tiga baru ada namanya.😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mas. Monggo kalo mau dipraktekkan. Biar sertifikatnya ngga kosong. Dikira punya orang nanti, hehe 😂

      Delete
  3. Oh lupa bilang, tutorial cerpennya makin kesini makin bagus alurnya Bu guru.😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih atas feedback nya Mas. Rasanya saya berbunga-bunga 🌸🌹🌺
      Tapi saya masih harus banyak belajar dari Mas Agus. Saya suka cerpen-cerpen di blog Sarilah.

      Delete
  4. Jadi ini tutorial rasa cerpen ala Kak Nisa 🤭
    Bagus Kak, Bagusss! Aku suka bacanya. Ringan tapi isinya tuh dapat gitu *sok banget kayak juri*
    Bolehlah diterusin menulis tutorial ala cerpennya kalau mau 🤭

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Lia atas responnya 😊

      Kalo ada ide lagi nanti saya coba bikin cerpen lagi.

      Delete

Silakan tingggalkan tanggapan dan pendapatmu pada kolom komentar